Part III
Yah hari itu memang sudah waktunya sang mentari untuk menuju ke tempat peraduannya, mengistirahatkan sinarnya setelah hampir 12 Jam menyinari bumi, saatnya dia berganti tugas dengan sang Bulan untuk memberi sinar temaramnya pada bumi, memberikan cahaya redup namun berarti.
Aku yang hanya seorang anak perempuan yang sedang berproses menuju seorang gadis paling menyukai saat-saat ini. Waktu pergantian shift untuk menyinari bumi, Saat matahari hendak menutup sinarnya, dan saat bulan masih enggan untuk memunculkan wajah cantiknya. Temaramnya senja selalu membuat rasa ini bersyukur akan keindahannya, aku pernah berharap bahwa aku, kamu berada di jalan setapak ini, menyusuri jejak demi jejak yang telah ditinggalkan para penjalan kaki sebelumnya, hamparan gulma yang merunduk (ter) tidur akibat tekanan dari kaki-kaki para pembuka jalan saat itu. Sepuluh, dua puluh gulma terlempar dan tercabut dari tempat dia mencari makan, putus dan patah, terlihat sesosok tanah merah sebagai tempat nya bercengkrama seperti kesepian.
Tuhan Terimakasih kau telah mengabulkan satu dari sekian banyak permintaanku seorang anak perempuan yang manja ini. Aku, Dia berada di jalan setapak ini menyusuri jejak-jejak para pejalan kaki sebelumnya.
Namun Tuhan, kenapa kau tak mengabulkanku untuk melihat indahnya senjamu,menatapi siluet-siluet yang terbentuk dari cahaya temaramnya Senja. Menikmati indahnya Jinggamu, dengan mahluk ciptaanmu yang kukagumi. Kenapa kau kirimkan awan hitam nan gelap ini untuk menutupi sinarmu. Menghilangkan romantisme senjamu. Tuhan jangan kau kirimkan hujan!
Awan hitam itu terus menggantung, hembusan angin terasa makin kuat, aku yang hanya seorang anak perempuan ringkih, lelah, capek, lapar bergidik kedinginan. Namun tiba-tiba aku merasakan kehangatan, ternyata Mitela itu kau kalungkan padaku sebagai pengganti syal untuk menutupi bagian leherku dari terpaan derasnya angin, dan kaupun melingkarkan jaketmu padaku, pada tubuh yang ringkih ini untuk sejenak berlindung dari dinginnya senja. Tanpa berucap, hanya menatap. Pertama kalinya jarak aku dan kamu tak lebih dari 50 cm. Untuk pertama kalinya aku dapat melihatmu dari dekat, secara langsung, mata ke mata menatap lamat-lamat tatapanmu yang meneduhkan. mengagumi struktur wajahmu, meski hanya 2 detik, namun aku bersumpah ini adalah 2 detik terlama sepanjang hidupku ya hingga saat ini, saat aku menceritakan kembali kisah ini. Ah meleleh rasanya hati ini.
Aku yang hanya bisa mematung, terdiam terpaku pada apa yang kau lakukan. Kegelapan sore itu sempurna menyembunyikan merah padamnya wajahku. Ah rasanya aku belum terbiasa berbicara lancar dan ada didekatnya. Kikuk, malu, senang, bahagia bercampur aduk dan aku tak mengerti definisi perasaan ini. aku belum mengerti.yang kutahu perasaan ini menyesakkan namun aku menyukainya (titik)
Kami mulai melangkah, aku yang memang jarang berinteraksi sedangkan dia selebritis, sepanjang perjalanan aku dan dia (kami) hanya membisu, terkesan suasana kaku. Tuhan bantu aku.
Tuhan seakan mendengar rintihan doaku dalam hati, Tuhan langsung menjawab doaku dengan menurunkan bala bantuan. Bantuan itu berbentuk bulir-bulir air yang indah, jatuh secara sempurna menyirami bumi, memberi kesegaran pada ketandusan dan kegersangan
hujan.
Aku bukanlah seorang pembenci berkah dari Sang Maha Kuasa, namun jika diperbolehkan untuk beraktivitas di bawah guyuran hujan aku memilih untuk tidak melakukannya, Aku benci itu. Baju pun akan kuyup, Rambutku akan lepek, macam tikus tercebur di got.. apalagi merasakan air di sepatuku ditambah dengan sensasi kulit kaki berinteraksi dengan kain basah -Iyyyuuh aku benci itu -, dan esoknya pasti aku sakit aku sangat tidak menyukai sakit.
"Aku hanyalah seorang perempuan pengagum hujan bukan penikmat hujan"Tegasku dalam hati
"Lapar, Lelah, kedinginan dan ditambah hujan, Lengkap sudah penderitaanku!" Tukasku dalam hati
"Lapar, Lelah, kedinginan dan ditambah hujan, Lengkap sudah penderitaanku!" Tukasku dalam hati
Aku yang mulai merengut, manyun, melipat wajahku, sejenak ku liarkan pandang mataku untuk mencari tempat berlindung dari hujan, kiri - kanan sayang tak kutemukan satu pun atap yang dapat melindungi kami untuk berteduh dari hujan. namun saat ku arahkan pandanganku 45 derajat aku melihatmu, menengadahkan muka lihat tegak lurus pada jatuhnya air seakan menantang air untuk bebas memukulkan dirinya pada wajah mu, seakan kamu sangat menikmatinya.
"kak Galih..cari tempat berteduh yuk..kak galih.."sapaku
dia yang sepertinya baru tersadar setelah mendengar sapaanku.
"eh iya, ayo"
"kak Galih..cari tempat berteduh yuk..kak galih.."sapaku
dia yang sepertinya baru tersadar setelah mendengar sapaanku.
"eh iya, ayo"
Refleks tanganku ditarik olehnya, kami berdua berlarian ditengah padang kosong jalan setapak menuju rumahku.
Aku hanyalah seorang perempuan pengagum hujan bukan penikmat hujan
Aku mempunyai arti dan pemahaman baru tentang hujan
Dikala hujan menjadi saksi bisu
Aku, kamu, kita bergenggam tangan berlarian
Tertawa, memecah kesunyian dan kebisuan
Meloncat menghindari genangan air.
KAMU membuat definisi Hujan yang baru untukku,
Aku hanyalah seorang perempuan pengagum hujan bukan penikmat hujan
Aku mempunyai arti dan pemahaman baru tentang hujan
Dikala hujan menjadi saksi bisu
Aku, kamu, kita bergenggam tangan berlarian
Tertawa, memecah kesunyian dan kebisuan
Meloncat menghindari genangan air.
KAMU membuat definisi Hujan yang baru untukku,
Sekarang aku tidak hanya pengagum hujan namun penikmat hujan
Maafkan aku Tuhan yang terlalu banyak meminta. Aku sangat bersyukur bisa berdua bersamanya.
Tertawa, Gembira Terima Kasih Tuhan
(end of part IV)
semakin mengalir renyah. eh, tunggu.. ada deskripsi tentang hujannya juga yang tak kalah indah. hanyaaa... apakah sampai disini kisahnya???
BalasHapusgalilah lebih dalam tentang cinta mereka, karena usia yang tengah berproses mencari jati diri tersebut... belum jauh menapaki esensi, baru menginjakkan kaki dipintunya. *mungkin dalam kisah lain yang menunggumu untuk menuturkannya kepada kami...
get bravo kang Adi! :D
aduhhh jadi enak nih ada mbak liyan komen di nomer 1 mulu..makasih ya mbaknya *terharu
Hapussama-sama >>senang bisa berbagi manfaat dengan kawan-kawan bloof. ^^ *senang juga bisa mendapatkan persahabatan di sini. terimakasih.
HapusBagian akhirnya romantis banget. Seorang Galih bisa merubah image ttg hujan. Tapi kenapa judulnya Anti Galih!
BalasHapusbisa ditemukan setelah baca part I- sampe part IV bunda kan namanya juga belajar buat cerbung :D
Hapus"Aku hanyalah seorang perempuan pengagum hujan bukan penikmat hujan..
BalasHapusyang jelas yang jadi tokoh ini pasti bukan Unik Hanifah Salsabiila..
karena dia gadis (tinggal beberapa hari lagi) pengagum sekaligus penikmat hujan..
Nilai 9,.... dah dinaikkan kelasnya..
ahahah iya emang bukan unik hanifah salsabiila tokoh inspirasinya murni karangan daya khayal :D
Hapusahaha ngakak ...dia gadis (tinggal beberapa hari lagi)...wkwkwk
aseek naek kelas uy :D suwun gurunda :D
Di tunggu part selanjutnya yah ^_^
BalasHapussip kakaknya...moga-moga masih lanjut o iya baca dari part-part sebelumnya yaa :D
HapusHujan di hatinya euuuy. Ciyeeee...
BalasHapusBtw, kok saya merasakan pergantian rasa di cerita ini ya. Dari kata hati menjadi curahan hati. Hehehe.. Lanjutkan! Di tunggu cerita-cerita selanjutnya dari blogmu ini. :)
beuhhh intuisi mu bang...
Hapussip..sip..makin suka menulis nih :D
Dari judul dulu ya kak...
BalasHapusHmm, menarik.
Di Part I, sempat berpikir ini kisah seorang gadis yang anti dengan temannya bernama Galih. Hehe *ngawur
Ternyata Zahra salah, Anti itu ternyata adalah nama seorang gadis pengagum hujan :)
Di Part I, merasa 'gue banget' nih cerita, soalnya beberapa teman ada yang manggil Anti waktu Ospek 2008 :D
*Aiih, kok jadi curcol yak :P
Alurnya bagus kak.
Pemilihan katanya dari part I sampai IV, semakin meningkat.
Idenya salut deh..
Kayaknya sekian dulu deh kak. Keripik pedasnya nggak ada, yang ada kerpiki manis :D
Ditunggu cerita2 fiksi selanjutnya, Kak Adi
wuaah makasih keripik manisnya dik Zahra :D..
Hapusasyeek..ditunggu ya, insyaalloh nih cerita masih lanjut dan moga-moga masih panjang :D ini aja baru cerita di bulan desember :)
sepertinya ini luapan perasaan hati..
BalasHapus*standing applouse*
bagus, kang Adi.. aku suka ceritanya.. kapan-kapan bikin cerita horor atuh ya
haha gaya pebulisan saya memang gitu sepertinya padahal hasil imaji belaka lho beneraann
Hapus*makasi..makasi*
iihh belum selese ini masih panjangg tapi rada belum ada mood buat nerusin lagi..
siaap nanti saya coba deh buat kisah horor :D