Chapter 2
Sebetulnya malaaassss sekali aku untuk menyentuh air untuk mandi, karena…. kau tahu,! dinginya air di bandung di kala pagi..Serasa air es, Seakan air itu merasuk ke selal-sela sel kulit dan langsung menusuk tulang. kulit pun terasa bergidik, apalagi ditambah dengan hembusan angin yang “wow” luar biasa menambah dingiinnya suasana pagi itu dan ada alasan lain dan itu alas an yang terkuat (heheh )itu WEEK END / liburaaannn..kebiasaan liburan adalah setelah solat subuhh, tiduuuuuurrrr hingga jam 9 lalu “leyeh-leyeh” dan baru mandi jam 12 #upps namun tidak untuk hari itu, hari special, sabtu special dimana aku harus melupakan kebiasaan liburan itu, hanya agar dapat bertemu sahabat keyboard (bukan sahabat pena soalnya nulisnya ga pake pena sih :p) yang dalam diam kukagumi hasil tulisannya, penataan halaman pribadinya, pemilihan kata dalam merangkai maknanya, hasil jepretannya., pemilihan backsound musiknya, kerenyahan bicaranya seakan memang sudah bertemu dan kenal lama.. lama sekali Kedekatan itu rasanya seperti saudara, (padahal aku yakin mereka hanya pernah seskali bertemu atau bahakan belum pernah)..ah, ingin rasanya mengenal lebih dekat siapa mereka, bagaimana kah tingkah lakunya,menerka bagaimanakah suara mereka..ingin rasanya aku jadi bagian dari mereka…
Aku memang bukan seorang penulis , karena ku akui aku tak pandai menulis, aku tak pandai merangkai kata dalam mengikat makna, aku tak pandai membuat karya sastra, karya sastra yang terkadang harus kubaca puluhan kali untuk dapat mengerti maknannya, bahkan sering kali tak kupahami maknanya..namun bagian di hatiku bilang itu “cool” bisa membuat orang membaca berulang-ulang kali hanya utnuk memahami apa arti sebenarnya, apa yang dimaksud oleh sang penulis..namun aku hanyalah seorangpengagum karya’ tersebut..sama seperti music, jika kau memintaku untuk memainkan alat music satu pun aku tak bisa, namun aku sering dalam diam, dalam waktu luangku mendengarkan alunan music instrument, aku hanyalah seorang pengagum..ah yah mungkin itulah aku J
Jam dikamar menunjukkan pukul 07.00 aku bergegas karena aku mendapat info bahwa lebih baik tidak membawa kendaraan sendiri (sebenrnya saya itu motoris, orang yang kemana-mana pake motor) jadi kuputuskan untuk langsung berangkat..karena assembly point (euleuh.. jadi kaya di pabrik kalo ada kebarkaran atau bencana alam, aturan HSE) ada di daerah yang bukan jajahan ku, kota cimahi (eh sekarang udah kota yah..ga nyadar sesuatu banget, padahal dulu kan bagian dari bandung..kabupaten bandung tepatnya), nah para tetua bloofer itu tinggal di bandung lhoo..dan founding fathernya juga ada di kota ini, walaupun asalnya dari kuningan bener kan kang qef? Heheh
Sip akhirnya aku naik ANGKOT (ANGkutan KOTa)dari rumah ku untuk menuju cimahi dibutuhkan paling tidak hanya 15 menit berkendar sepeda motor, namun jika naik angkot yang waktu perjalanan itu bisa menjadi 2 kali lipat, karena harus melalui rute yang berputar, ditambah dengan ngetemnya angkot untuk memenuhi kuota tempat duduk dengan formasi yang ada di depan (2 orang), di kiri (4-5 orang), kanan (6-7orang) dan tentu saja “kursi artis” . Aku menyebut itu kursi artis karena itu hanyalah sebuah “jojodog” (wah kalo diterjemahin bahasa Indonesia aga susah) ..itu lho kursi kecil biasanya maksimal untuk 2 penumpang yang menghadap ke seluruh penumpang yang ada di belakang pak kusir eh salah pak supir J
Yap aku menggunakan angkot berwarna biru langit, bertuliskan Sederhana-cimindi. Suasana pagi itu benar” segarr, belum terlalu banyak kendaraan yang melintas, ingin rasanya menempuh perjalanan dari rumah ke tempat janjian dengan jalan kaki. Hanya untuk bisa menikmati suasana bandung yang begitu segar, indah, sejuk, dengan cahaya matahari yang mulai menunjukkan tajinya, memberikan hangatnya..wah indahhh, teringat waktu jaman sekolah menengah pertama dulu, sering sekali kusengajakan untuk jalan sekitar 3 Km hanya untuk menikmati dingin dan sejuknya kota bandung di pagi hari.. dulu jalan Pasirkaliki, adalah jalan utama yang beratapkan pohon rindang di kiri dan kanannya, karena ada beberapa bagian yang dahan pohonnya bertemu tepat di tengah-tengah jalan. Jalan yang membelah dan memisahkan 2 saudara, seakan mereka membandel, berusaha sekuat nya hanya untuk dapat melepas rindu dan bersalaman dengan saudara yang ada di seberang sana. Ah mungkin mereka juga kesepian.
Namun karena waktu mepet yah mau nggak mau deh naek angkot. “Ngeeennnggg” angkot pun mulai membelah pagi yang indah, memberikan warna lain pada bandung di pagi itu yang biru dan hijau dengan asap hitamnya.. (uh sebal rasanya , ni pasti angkot kurang di rawat, system pembakarannya sudah mulai tidak sempurna yang berefek pada gas buang yang mengeluarkan asap berwarna hitam) merusak keindahan bandungku yang tercinta.
Nah sampailah di pemberhentian pertama, pasar cimindi, kesan pertama sampai disini adalah bau khas yang menyengat, bau mahluk yang kuat, yang mampu memikul hingga hampir 2x berat badannya, mahluk alloh yang sering dipakai oleh baginda rasulullah dan sahabat dalam berperang..yaps itulah kuda.. baunya khass sekali..karena memang di daerah itu masih terdapat banyak “andong” /kereta kuda.
Yaps aku harus menggunakan angkot kedua dengan jurusan cimahi- st hall.. eits jangan pada ketipu yah, ST. Hall itu bukan Saint Hall, teringat kawanku dari aceh dan padang pada semester satu kuliah kita meng-eksplore kota bandung..tujuan utamanya kau tahu, belanja J yaps dan di saat itulah mereka berujar.
Temanku : Wah keren yah di Bandung ada daerah yang bernama Saint Hall *muka polos
Aku : (ketawa cekikikan) bukan, itu bukan SainT hall tapi. STasiun Halte .. :)
Hmmm.... yeyeyeyyeee... \^o^/
BalasHapus