hi blog :D
wah jadi inget cerita tentang seorang pengembara yang sedang berkelana di sebuah desa, pengembara tersebut kelaparan dan kehausan kebetulan saja dia melintas di sebuah areal perkebunan, dan karena saking laparnya, dia makan buah"an yang ada di perkebunan itu dengan lahapanya tanpa minta izin sama si empunya
perkebunan itu, karena dipikirnya perkebunan itu tidak ada yang punya karena saking luasnya..Lalu setelah tahu bahwa ternyata perkebunan itu ada yang punya, maka dia mendatangi si empunya perkebunan yang buahnya telah dia makan. karena takut apa yang dia makan menjadi barang yang haram masuk ke dalam tubuhnya. singkat cerita sih si empunya marah dan meminta si pengembara ini untuk menikahi putrinya yang tidak punya tangan, tidak punya kaki., sebagai pertanggung jawaban atas apa yang dilakukannya..Si pengembara itu bingung, namun karena itu adalah sayarat yang diajukan oleh si pemilik kebun agar menghalalkan apa yang dia makan maka, dia tetap menyetujuinya, ketika hari H pernikahan si pemuda baru dipertemukan dengan wanita yang konon katanya tidak mempunyai tangan dan kaki..namun alangkah kagetnya si pemuda ini melihat sesosok wanita yang cantik, dengan beranggotakan bagian tubuh yang lengkap (bertangan dua dan berkaki dua) tidak cacat seperti yang ia duga, sang pemuda bertanya "apakah ini benar calon istriku wahai saudagar?, engkau bilang bahwa putrimu tidak mempunya tangan dan kaki?" sang saudagar menjawab " ia benar ini putriku satu-satunya, yang kumaksud tidak bertangan adalah dia tidak pernah mengambil barang yang bukan haknya, dan maksudnya tidak berkaki dia tidak pernah melangkah pada tempat-tempat maksiat", sujud syukurlah si pemuda tadi selain dapat buah yang menghilangkan rasa laparnya dia juga mendapat wanita yang cantik dan terjaga,ternyata sang ayah terkesan dengan kejujuran sang pemuda pengembara tadi.
perkebunan itu, karena dipikirnya perkebunan itu tidak ada yang punya karena saking luasnya..Lalu setelah tahu bahwa ternyata perkebunan itu ada yang punya, maka dia mendatangi si empunya perkebunan yang buahnya telah dia makan. karena takut apa yang dia makan menjadi barang yang haram masuk ke dalam tubuhnya. singkat cerita sih si empunya marah dan meminta si pengembara ini untuk menikahi putrinya yang tidak punya tangan, tidak punya kaki., sebagai pertanggung jawaban atas apa yang dilakukannya..Si pengembara itu bingung, namun karena itu adalah sayarat yang diajukan oleh si pemilik kebun agar menghalalkan apa yang dia makan maka, dia tetap menyetujuinya, ketika hari H pernikahan si pemuda baru dipertemukan dengan wanita yang konon katanya tidak mempunyai tangan dan kaki..namun alangkah kagetnya si pemuda ini melihat sesosok wanita yang cantik, dengan beranggotakan bagian tubuh yang lengkap (bertangan dua dan berkaki dua) tidak cacat seperti yang ia duga, sang pemuda bertanya "apakah ini benar calon istriku wahai saudagar?, engkau bilang bahwa putrimu tidak mempunya tangan dan kaki?" sang saudagar menjawab " ia benar ini putriku satu-satunya, yang kumaksud tidak bertangan adalah dia tidak pernah mengambil barang yang bukan haknya, dan maksudnya tidak berkaki dia tidak pernah melangkah pada tempat-tempat maksiat", sujud syukurlah si pemuda tadi selain dapat buah yang menghilangkan rasa laparnya dia juga mendapat wanita yang cantik dan terjaga,ternyata sang ayah terkesan dengan kejujuran sang pemuda pengembara tadi.
"kejujuran membutuhkan keberanian"
banyak cerita-cerita tentang kejujuran seperti ini kang.. hehe dan memang, kejujuran selalu mendatangkan kebahagiaan. Bagi mereka yang benar-benar ikhlas. Ikhlas kan urusan dia dengan Tuhannya.
BalasHapussalam kenal ^_^
saya follower pertama lho. ditunggu kunjungan baliknya.
assalamu'alaykum
wa'alaykumsalam
Hapuswaahhh..terima kasih mba, kalo saya sih sudah sering berkunjung dan jalan di blognya mba gulungan pita.
cerita di blognya juga bagus"
wah iya alhamdulillah ni akhirnya ada followersnya juga
tapi memang jalan untuk bisa jujur itu mendaki ya mbak, setuju jujur memang membutuhkan keberanian dan keikhlasan
bagi sebagian orang yang mungkin belum mengerti esensi dari kejujuran, mereka lebih memilih 'aman' daripada 'jujur'. ada satu hal yang mungkin terlupakan, bahwa kejujuran itu membutuhkan pembiasaan :)
BalasHapus